Selasa, 05 November 2024

Berusaha taat pada kebenaran

 

Pendahuluan

Perkataan Tuhan atau Tuhan berfirman: beranak cuculah manusia (Kej.1:28) untuk memenuhi bumi dan memeliharanya (Kej.2:15) sambil menguasai semua jenis hewan yang berada di situ.

Ternyata  selang beberapa waktu mereka mulai tidak taat pada peraturan yang diberikan Tuhan kepadanya, walaupun mereka telah menerima aturan tersebut. Malahan terpengaruh godaan iblis sehingga menimbulkan niat buruk, lalu meninggalkan peraturanNya sehingga berbuat dosa. Itulah sebabnya  antara lain bahwa ketaatan sangat penting dalam pendidikan kebenaran dan bimbingan untuk menghadapi kehidupan di dunia ini.

 

1. Materi yang dibahas (sesuai topik)

 

1a Ketaatan selalu mengiringi kebenaran serta aplikasinya

Dalam kehidupan, maka ketaatan  sangat diperlukan bagi manusia, terutama yang menyangkut kebenaran (1Kor.13:6)  sebab itu merupakan bagian dari hukum Tuhan, yaitu hukum yang terutama dan pertama, yang disebut Hukum Kasih, uraiannya lihat dalam  Alkitab (Mat.22:37-40, Yoh.14:6).

Seiring untuk memperoleh peningkatan  kebenaran dan bimbingan maka harus disertai ketaatan, sehingga dapat mengubah kehidupan yang lebih baik, namun semuanya itu harus ada usaha yang tekun dan kerja keras, yang mencakup:

a.       Berusaha memperoleh peningkatan akal budi sesuai kebenaran terhadap hal yang khusus dan yang umum.    

b.      Melakukan perbuatan sesuai akal budi yang benar terhadap yang khusus dan yang umum.

c.       Pertahankan ketaatan yang selalu mengiringi pertumbuhan kualitas a) dan b) di atas.

     

      Penguasaan butir a) dan b) dan c) sangat diperlukan untuk mengaplikasikannya terhadap   

      suatu masalah yang Anda dihadapi dalam kehidupan, sehingga lambat laun perasaan

      tanggung jawab akan tumbuh, bahkan mungkin menjiwainya sehingga penyelesaiannya dan

      hasilnya akan lebih baik.

 

1b Pendidikan yang di arahkan untuk tujuan tertentu 

Pendidikan  dapat juga diarahkan dengan menyisipkan  kata-kata atau kalimat yang dapat membangkitkan emosi tertentu untuk berbagai tujuan dan pelaksananya diharapkan anak didiknya atau para murid terutama mereka yang tidak berpendirian teguh, sehingga rela berkorban bahkan mati pun mereka bersedia, misalnya: bakar gereja, jadi bom bunuh diri, dan lain-lain, sebab ada imbalan menggiurkan yang menunggu mereka setelah kematiannya.

Penyisipan yang bersifat hasutan dengan maksud negatif dapat terjadi karena ketaatan mereka

dikalahkan oleh motivasi tertentu demi keuntungan diri sendiri atau golongan sehingga nilai kebenaran yang berada dalam hati nurani dan akal budinya (Ibr.8:10) melemah lalu dilanggarnya melalui perbuatan yang adalah bertentangan dengan kebenaran.

 

1c Bertentangan dengan kebenaran

Seperti yang dijelaskan di atas mengenai sisipan, maka pertentangan ini akan menimbulkan gejolak dalam hati nurani dan akal budi setiap orang karena sudah tidak sejalan dengan alur-alur kebenaran, sehingga memperlambat seseorang membuat keputusan yang akurat dan atau kemungkinan besar akan terjadi bias dalam pelaksanaannya. Yang dapat mengakibatkan penderitaan dan atau kerugian besar.

 

Pengarahan tersebut dengan cara menyisipkan kata-kata atau kalimat yang dapat membangkitkan emosi tertentu adalah akibat tingkat ketaatan terhadap kebenaran sudah rendah, sehingga kurang dapat mengendalikan diri,   misalnya: cepat marah, benci, dendam, berlaku kasar, balas dendam, tidak mau mengalah, dan lain-lain. Pengarahan dan penyisipan tersebut adalah suatu penyimpangan dari kebenaran yang berada di dalam hati nurani dan akal budi setiap orang(Ibr.8:10), sehingga melalui tingkah lakunya terpancar nilai perbuatan yang bersifat negatifnya dan bisa juga berbarengan dengan perkataan yang kasar  dan tidak wajar, karena:       

a.       Menyimpang dari kebenaran, dan diharapkan para muridnya akan bertindak tidak jujur terhadap; lingkungannya, kawan-kawan  atau siapa saja, agar terjadi bentrok antara para muridnya dengan temannya yang di luar lingkungannya.  

b.      Menimbulkan salah pengertian sehingga mereka saling; menjauhi atau terjadi pemisahan, permusuhan, benci, karena; beda ajaran, agama, prinsip, dan lain-lain.

c.       Dapat menimbulkan kebencian, kekerasan dan tinggi hati, tidak objektif, pertengkaran.

d.      Membuat keputusan tidak murni, lambat dan sering bias, sehingga hasilnya buruk.

Contoh:

Seorang kakek bertemu dengan seorang anak kecil setingkat cucunya setelah 3 tahun berlalu, namun sewaktu cucu yang berumur 9 tahun tersebut bertemu kakek tersebut di suatu pesta ulang tahun, dia langsung memanggilnya dan seperti biasa mulai bercanda seperti dulu dan mengajukan beberapa lelucon dan tebakan-tebakan kepada kakek itu, bila salah menjawab maka cucu tersebut ketawa lebar-lebar sambil memberitahukan jawabannya. Kelihatannya mereka sangat dekat dan akrab. Namun secara tiba-tiba cucu tersebut bertanya: kakek agamanya Kristen ya, kakek mengangguk sambil menjawab iya benar. Maka  seketika itu juga cucu tersebut mengambil selendangnya yang dipegang kakek, lalu pergi meninggalkannya.

 

2. Kebenaran adalah dasar dalam pendidikan.

    2a. Proses berlogika sesuai nilai kebenaran

            Ketaatan mendidik dan membina orang berdasarkan kebenaran yang murni secara

            berulang-ulang, agar mereka dapat memperoleh dan menguasai landasan utama yang

            kokoh dalam pengajaran, yang mencakup:

            a-- kebenaran materi dan bimbingan dalam proses pengajaran harus masuk akal,

                 saling mendukung, sesuai kebenaran hukum yang terutama dan  pertama.

            b-- selama berproses butir--a dan penguasaannya maka ketaatan selalu mengiringinya.  

            Sehingga sistematis berlogika yang mengandung nilai-nilai kebenaran akan terbentuk

            secara harmonis dan sejalan dalam otaknya.

 

     2b. Proses berlogika mengalami kelambatan

Tapi kenyataannya ada orang-orang tertentu yang menyisipkan ajaran tertentu yang  bersifat subjektif dan bahkan negatif di antara ajaran kebenaran karena ketaatannya rendah. Penyisipan ini akan memperlambat harmonisasi dan arahan dalam otaknya untuk membuat keputusan saat itu, apalagi kalau murid tersebut sedang mengalami stres, marah, kebencian, depresi, merasa harga diri ditekan,  dan lain-lain, maka reaksinya tidak akan murni dan sering bias. Masalah ini yang antara lain disebut, cara berlogikanya lambat serta bias, atau dikatakan IQ rendah.   . 

 

Penutup

Berusaha yang tekun dan kerja keras untuk memperoleh kebenaran (hukum yang terutama dan pertama) yang diiringi dengan ketaatan, sehingga akan maksimal sewaktu menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

 

Terima kasih Anda telah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini, mohon tanggapan  bila berkenan.

Penuliseddywarbung