Sabtu, 06 Agustus 2011

Apakah anda masih merasa malu bila berbuat salah?


 
Ringkasan artikel:

Latar belakang:
Sesama manusia mengatur keharmonisan untuk
kepentingan bersama walaupun masih ada
yang melanggar

Tujuan :
Memaparkan kualitas pelanggaran yang
meningkat dan menuduh orang lain
berbuat salah tanpa adanya rasa malu.

Yang diharapkan:
Supaya Indonesia maju, tingkatkan moral
dan patuhilah hukum untuk
kepentingan bersama

Latar belakang

Tuhan menciptakan manusia untuk berkuasa dan mengatur isi bumi ini, dan yang penting antara lain: manusia harus menjaga keharmonisan hidup antara sesama manusia, dan kelestarian alam, dan untuk  itulah sehingga ada Hukum Taurat (Keluaran 20:1-17)  dan Hukum Kasih (Matius 22:37-40), dll. Tetapi masih saja ada manusia yang sengaja melanggar hukum-hukum tsb.   


Materi yang akan di sharing, sesuai topic:

Sekarang ini Banyak orang berpendapat bahwa, Indonesia sedang bertambah buruk dampak hukumnya, sehingga seseorang yang bermasalah hukum sering berkelit, bila mereka akan terjerat peraturan atau akan dihukum, mereka akan berusaha berbuat sesuatu sehingga kemungkinan besar dapat terhindar, caranya, a.l:
  1. Membentuk opini masyarakat melalui TV, sehingga memperoleh dukungan.  
  2. Adakan kegiatan press release dan talk show di TV untuk kepentingannya 
  3. Bahkan sejak awal telah diatur untuk kepentingan yang akan datang.

Sudah melanggar hukum, tapi kenapa mereka masih sanggup melakukan butir-butir 1 sd 3 diatas?

Apakah  karena rasa bersalah sudah sangat menipis bahkan tidak ada?
Atau merasa ada yang melindungi, atau merasa tatanan hukum bisa diatur-atur? Tidak sadarkah bahwa kesalahannya akan membuat orang lain menderita?
Dimana rasa keadilannya, kebenarannya dan kasihnya?
Dimana harga dirinya?. Moralnya?.
Atau sudah lupakah mereka akan Hukum Taurat dan Hukum Kasih?
Atau  pada dirinya sudah tidak ada rasa malu ?  Atau bagaimana:

Sebagai contoh:

Seorang telah merubah surat Mahkamah Konstitusi secara ilegal sehingga calon sebenarnya tidak memperoleh kursi di DPR, orang tersebut tetap membantah walaupun dalam penyelidikan menyatakan bahwa semua data setelah di periksa mengarah kepadanya. Kenapa orang itu  tenang-tenang saja dan berani mengatakan bahwa ini adalah scenario untuk menjatuhkannya, kenapa dia berbelit-belit dan tidak terus terang menjelaskan duduk persoalannya. Apakah dia merasa tidak bersalah dan tidak mempunyai perasaan malu dan tidak takut pada Tuhan?  

Sdr A menjabat bendahara diorganisasi, tugasnya mencari dana supaya misinya organisasi bisa terlaksana. Sekarang ini, sdr A dituduh (a) memperoleh dana secara tidak sah, dan (b) mengeluarkan dana tapi tidak sampai pada penerimanya. Bendahara mengatakan: tugas “mencari dana” dan “mendistribusi dana” sudah sesuai perintah ketua umumnya. Dan sekarang, sdr A tidak setuju kalau hanya dia yang dituduh sebagai pelaku criminal, yaitu korupsi uang, seharusnya semua yang terkait: setiap pribadi yang memberi dana dan yang menerima dana. Dana siapakah itu, bukankah kepunyaan rakyat? Kenapa ada pihak lain berusaha menutupi siapa yang menerima dana? Tidak malukah mereka? Dimanakah rasa kebenaran dan keadilannya?

Pengedar narkoba hanya mementingkan keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa menghiraukan dampak rusaknya fisik dan mental serta masa depannya para pemakai narkoba. Dan walaupun pengedar sudah di penjara, mereka masih sanggup mengatur transaksi dan distribusi narkoba (dan yang sejenis). Apakah hukumannya ringan? Atau antisipasi pencegahan kurang effektif? . Dimana ketegasan pemerintah? Apakah pemerintah tidak malu bahwa pemakai narkoba di Indonesia setiap tahun bertambah?

Sebetulnya semua orang menghendaki Indonesia maju.  Contoh perubahan harus di mulai dari pejabat tertinggi sampai yang terendah dan diperlihatkan kepada rakyat jelata. Dan bila kami semuanya menjunjung moral (bagian dari Hukum Taurat dan Hukum Kasih), maka bangsa kita akan bangkit dan masyarakat senang. Jadi berharap, bertekun dan percaya pada Tuhan (Amsal 5:3) karena Tuhan yang mempunyai rencana untuk kita semua.

Terima kasih anda telah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini.

Penulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar