Jumat, 02 September 2011

Apakah hikmat digunakan pada sila ke-4 di Pancasila?




Ringkasan artikel:

Latar belakang:
Sangat rendah peran nilai keTUHAN-an dalam sila-4 di Panca Sila

Materi yang dibahas:
Kriteria dari sila ke-4 sangat mengutamakan kemampuan manusia
dengan sendirinya pelaksanaanpun demikian

Hasil yang berguna:
Mengetaui kelemahan diatas, maka harus bersandar pada Tuhan



Latar belakang

Marilah bersama-sama kita melihat apa arti hikmat, coba lihat referensinya.

Referensi:      http://kamusbahasaindonesia.org  Tgl 2 Sept 2011.
Defenisi hikmat adalah (1) kebijakan, kearifan. (2) kesaktian.

                                Alkitab, Mazmur 111:10.    
Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji pujian kepadaNya tetap untuk selamanya

Alkitab Amsal 9:10              
Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian.

Pengkotbah:10:10                
Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga,  tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat


Materi yang dibahas:

“Hikmat” yang terdapat di sila ke-4 pada Panca Sila dan butir-butirnya, di:

Kutipan dari “Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas” tgl 31Agustus 2011,  halaman 2,
dimana terdapat:

Ketetapan MPR no. II/MPR/78 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan
sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Dan sila ke-4 yang
bunyinya, sbb:
“Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”

Butir-butirnya (dari penjelasan sila ke-4 itu) adalah sebagai berikut:
1-Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2-Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3-Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4-Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan
5-Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
    musyawarah.
6-Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7-Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
   Yang Maha Esa.
8-Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan Keadilan

Kenyataan :
Jikalau “hikmat” yang terdapat dalam sila ke-4, dan telah diuraikan dalam 8 butir, didasarkan pada referensi diatas, maka peranan TUHAN sangat kecil, yaitu:
  • Hanya butir ke-7 yang ada sangkut paut dengan Tuhan yang lain tidak, atau hanya 12,5% dari keseluruhan. 
  • Butir ke-1 sd 6 dan ke-8, penjelasannya sudah cukup bagus tapi masih bersifat rational, logis dan hanya tergantung pada kemampuan manusia yaitu sebesar 87,5% dari keseluruhan
  • Tidak ada yang bersifat antisipatif dan proaktif. 
  •  Tidak ada penekanan pada akal budi
  • Tidak ada penekanan takut pada TUHAN.

Bagaimana kalau:
Nilai-nilai TUHAN harus lebih berperan dan berpengaruh (2Korintus 7:1)
sehingga wakil rakyat dan pejabat takut kepada Tuhan sehingga mereka tidak
korupsi tapi tetap bermoral dan beretika karena mereka mewakili kepentingan
rakyat Indonesia. Karenanya harus bersandar pada Tuhan (Amsal 3:5)

Jadi apakah butir-butir daril sila ke-4 diatas perlu dirubah?
Supaya nilai TUHAN berpengaruh dan menonjol?.

Terimakasih karena anda telah meluangkan waktu membaca.

Penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar